Senin, 07 April 2014

Tugu Khatulistiwa, Pontianak
















Ini dia salah satu tempat teristimewa di Pontianak, Tugu Khatulistiwa atau Equator Monument. Kenapa istimewa? Yah, itu tadi karena memang kota ini dilalui garis khayal khatulistiwa.


Untuk menandainya garis khayal itu, dibangun sebuah Tugu Khatulistiwa atau Equator Monument pada garis lintang nol derajat yang terletak di Siantan, sekitar tiga kilometer dari pusat Kota Pontianak ke arah Kecamatan Sungai Pinyuh, Kabupaten Pontianak.

Setiap pengunjung yang datang pasti selalu penasaran dan mencari tahu letak persis titik lintang nol derajat yang membelah Bumi secara horizontal

Hampir bisa dipastikan pada awalnya semua pengunjung takjub melihat keunikan tugu yang terbuat dari kayu ulin ini. Selain menikmati keunikan Tugu Khatulistiwa, yang paling banyak dicari pengunjung adalah mencari tahu letak persis titik lintang nol derajat yang membelah Bumi secara horizontal.

Lalu, apa istimewanya garis lintang nol derajat tersebut? Sebenarnya, garis khatulistiwa atau garis ekuator hanyalah buatan manusia. Masih ingat tidak? Garis tersebut ada di pelajaran geografi.
Dalam pelajaran geografi, Bumi diibaratkan dibagi menjadi dua bagian, yakni belahan utara dan belahan selatan. Dari pembagian itu, bisa dilihat, Kota Pontianak berada persis di tengah-tengah garis tersebut.
Daya tarik Tugu ini pun terlihat pada sebuah peristiwa. Sebuah peristiwa menakjubkan, yaitu, saat terjadi kulminasi, yakni matahari tepat berada di garis khatulistiwa.
Pada saat itu bayangan tugu "menghilang" beberapa detik, meskipun diterpa sinar Matahari. Kita yang berdiri di sekitar tugu juga akan hilang bayangannya selama beberapa saat. Nesi ikut mencoba, eh benaar loh, bayangan Nesi hilang!

Titik kulminasi matahari itu terjadi setahun dua kali, yakni antara tanggal 21-23 Maret dan 21-23 September. Bagi masyarakat Kalbar, peristiwa alam ini menjadi tontonan menarik.
Bagaimana garis nol derajat itu bisa ditemukan di Kota Pontianak? Nah, dari sebuah catatan yang diperoleh pada tahun 1941. Disebutkan bahwa pada 31 Maret 1928 telah datang di Pontianak satu ekspedisi internasional yang dipimpin seorang ahli geografi berkebangsaan Belanda.

Ekspedisi ini merupakan sebuah perjalanan menuju Kota Pontianak untuk menentukan titik atau tonggak garis ekuator. Pada tahun 1928, berhasil dibangun tugu pertama berbentuk tonggak tanda panah. Tonggak itu kemudian disempurnakan tahun 1930.
Selain di atasnya ada tanda panah, juga ada lingkaran. Setelah itu, arsitek Silaban pada tahun 1938 melakukan penyempurnaan dan membangun tugu yang baru.
Tugu inilah yang kemudian bentuknya sangat terkenal di dunia. Bangunan itu terdiri dari empat buah tonggak atau tiang dari kayu belian atau kayu ulin (kayu langka khas Kalimantan). Masing-masing tonggak berdiameter 0,30 meter.
Dua tonggak bagian depan tingginya 3,05 meter dari permukaan tanah, sedangkan dua tonggak bagian belakang, tempat lingkaran dan anak panah penunjuk arah, tingginya 4,40 Diameter lingkaran yang bertuliskan "EUENAAR" 2,11 meter.
Panjang panah yang menunjuk arah lingkaran ekuator adalah 2,15 meter. Di bawah panah terdapat tulisan "109 derajat 20’0"OlvG" yang menunjukkan letak tugu itu berdiri pada garis bujur timur. 

Setiap terjadi titik kulminasi, bayangan tugu dan benda-benda lain di sekitarnya menghilang beberapa saat. Ini menandakan bahwa tugu ini benar-benar berada di garis lintang nol derajat.
Pada tahun 1990 kembali Tugu Khatulistiwa tersebut direnovasi dengan pembuatan kubah untuk melindungi tugu asli serta pembuatan duplikat tugu dengan ukuran 5 kali lebih besar dari tugu yang asli.

Tugu itu diresmikan pada tanggal 21 September 1991. Dan untuk memperindah bangunan, dibuatlah kawasan taman hingga ke pinggir Sungai Kapuas.
Saat ini tugu telah berusia 75 tahun. Selama kurun waktu itulah Kota Pontianak menjadi salah satu kota yang terkenal di dunia sebagai kota khatulistiwa. Mau melihat Tugu Khatulistiwa ditambah pemandangan di sekitar Sungai Kapuas? Mampir saja ke kota Pontianak! 

ENGLISH VERSION



Here's one place especially in Pontianak , Equator Equator Monument or Monument . Why is it special? Well , it was because the city passed an imaginary line the equator .
To mark the imaginary line , built an Equator Equator Monument or Monument at zero degrees latitude located at Siantan , about three kilometers from the center towards Pontianak Pinyuh River District , Pontianak regency .

Every visitor who comes must always be curious and find out the exact location of the point of zero degrees latitude that divides the Earth horizontally
Almost certainly at first all visitors marvel at the uniqueness of the monument is made ​​of ironwood . In addition to enjoying the uniqueness of the Equator Monument , the most sought after visitors is to find out the exact location of the point of zero degrees latitude that divides the Earth horizontally .

So , what's so special is zero degrees latitude ? Actually , the equator equator or just man-made . Still do not remember ? The line was a geography lesson .
In a geography lesson , likened the Earth is divided into two parts , namely the northern hemisphere and the southern hemisphere . From the distribution , it can be seen , Pontianak is located right in the middle of the line .
The appeal of this monument was seen at an event . An amazing event , that is , when there is the culmination , the sun was right on the equator .

At that time the shadow of the monument " disappeared " a few seconds , though exposed to sunlight . We were standing around the monument also lost his shadow for a while . Nesi go try , eh benaar tablets , Nesi shadows disappear.
The solar culmination occurs twice a year , ie between 21-23 March and September 21 to 23 . For the people of West Kalimantan , the events of this nature be an interesting spectacle .
How the zero line can be found in Pontianak ? Well , from a record obtained in 1941 . Mentioned that on March 31, 1928 has come in Pontianak one international expedition led by a Dutch geographer .
This expedition is a trip to the city of Pontianak to determine the point or milestone equator . In 1928 , the first monument built successful milestone shaped arrows . Milestone was later refined in 1930.

In addition there is an arrow on it , there is also a circle . After that , the architect Silaban in 1938 to make improvements and build a new monument .
Monument is then the shape is very well known in the world . The building consists of four milestones or pole of wood or ironwood purchase ( rare wood typical of Borneo ) . Each milestone diameter of 0.30 meters .

Two milestones front height of 3.05 meters from the ground , while the two rear milestones , where circles and arrows pointing the direction , height 4.40 diameter circle that reads " EUENAAR " 2.11 meters .
The length of an arrow pointing toward the equator circle is 2.15 meters . Below the arrow it says " 109 degrees 20'0 " OlvG " which shows the location of the monument stands on the east longitude .
Each occurred culmination , shadow monument and other objects around it disappeared some time. This indicates that this monument actually being in the latitude of zero degrees .
In 1990 returned Equator monument was renovated with the manufacture of the dome to protect the original monument and the making of duplicate monument with size 5 times larger than the original monument .

Monument was inaugurated on 21 September 1991 . And to beautify the building , made ​​up to the edge of the park area of the Kapuas River .

Currently the 75 -year -old monument . During that period of Pontianak become one of the famous cities in the world as a city of the equator . Want to see the Equator Monument plus scenery around the Kapuas River ? Stop by just to the city of Pontianak !

0 komentar:

Posting Komentar